Dr. Ahmad Imron Rozuli Raih Suara Terbanyak dalam Penjaringan Bakal Calon Dekan FISIP UB 2025-2030
Hadirkan Wacana Kritis Gender dan Politik dalam Ruang Akademik, Sosiologi UB Hadirkan Anggota DPRD Lamongan
Mata Kuliah Semester Antara (Pendek) Genap Tahun Ajaran 2024/2025
Future Collaboration Meeting with University of Leeds, Perkuat Kolaborasi Internasional FISIP UB
Dosen Ilmu Pemerintahan UB Tanamkan Nilai Pancasila kepada Siswa SD di Batu
Bagaimana Kepemimpinan di Argentina dan Wisata Religi Malaysia Dikelola? Ilmu Pemerintahan UB Berikan Jawabannya

Dua Hal Penting dalam Desain Riset Versi Dosen Sosiologi UB

Departemen Sosiologi Universitas Brawijaya menggelar Workshop on Research Design in The Social Sciences pada Kamis (10/4/2025) di Ruang Laboratorium Sosiologi, Lantai 3 Gedung B FISIP UB.

 

Workshop ini menghadirkan Dosen Sosiologi UB, Genta Mahardhika Rozalinna, S.Sos., M.A sebagai pemateri. Ia fokus pembahasan pada langkah-langkah mendesain riset serta teknik pengambilan data lapangan melalui observasi dan wawancara mendalam.

 

Membuka sesi pemaparan materi, Genta menyampaikan bahwa merancang riset tidak hanya berbicara soal metode, namun juga menyangkut kedalaman refleksi diri peneliti terhadap topik yang dikaji.

 

“Nada-nada yang terdengar itu indah, tetapi yang belum terdengar jauh lebih indah, oleh karenanya bernyanyilah,” ujarnya mengutip John Keats, penyair inggris, sebagai pengingat bahwa dalam riset sosial, kepekaan terhadap hal yang tak terucap sama pentingnya dengan data yang tampak.

 

Dalam menyusun desain riset, menurutnya, seorang peneliti perlu mempersiapkan dua hal utama yaitu substansi dan teknis. Secara substansi, pemahaman yang mendalam terhadap topik penelitian menjadi syarat mutlak sebelum turun lapang.

 

Peneliti harus mampu menentukan dengan siapa mereka berdiskusi, mengapa orang tersebut penting, dan bagaimana cara mengakses referensi yang kredibel. Bahkan, pertimbangan seperti apakah sumber tersebut bisa diakses secara gratis atau berbayar pun menjadi bagian dari perencanaan.

 

Genta juga mendorong peserta untuk memecah hasil riset ke dalam bentuk tulisan populer agar dapat diakses lebih luas, tak hanya berhenti pada konsumsi pribadi atau akademik semata.

 

Dari sisi teknis, perencanaan waktu dan biaya riset menjadi komponen penting. Peneliti diminta realistis dalam mengukur apakah riset bisa terus berjalan atau perlu ditunda.

 

“Kalau informanmu sulit ditemui, jangan kejar terus sampai berbulan-bulan. Waktumu terbatas, sumber dayamu juga terbatas. Evaluasi dan susun ulang rencana,” ucapnya memberi saran praktis bagi mahasiswa yang tengah menyusun penelitian.

 

Lebih jauh, Genta menjelaskan bahwa observasi dan wawancara mendalam tidak hanya soal teknik, tapi juga soal kesadaran reflektif. Dalam penelitian sosial, peneliti tidak pernah sepenuhnya netral.

 

Posisi sosial, identitas dan nilai-nilai peneliti bisa memengaruhi proses riset, termasuk respons dari subjek yang diamati maupun diwawancarai. Oleh sebab itu, penting bagi peneliti untuk terus mempertanyakan, “Siapa saya dalam konteks ini?” dan “Apakah kehadiran saya mengubah situasi yang diamati?”

 

Ia juga menyebut bahwa keterampilan observasi dan wawancara akan semakin terasah jika peneliti terbiasa melakukan kontemplasi. Merenungi pengalaman diri dan membandingkannya dengan objek sosial secara sadar dapat membantu memperdalam perspektif.

 

Dengan cara berpikir sosiologis, keterampilan meriset dapat menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, tak terbatas pada mereka yang memilih menjadi peneliti profesional.

 

Workshop ini menjadi ruang pembelajaran reflektif yang mempertemukan aspek teknis dan etis dalam penelitian.

 

Antusiasme peserta menunjukkan bahwa kebutuhan untuk memahami riset secara mendalam masih sangat relevan, terutama di tengah kompleksitas fenomena sosial yang terus berkembang. (Atho-Humas FISIP)

Share:

Pengumuman Terbaru