CloseMenu
CloseMenu
Kisah FBD UB 09 di Desa Wringinanom
Mahasiswa FISIP UB Dibekali Teknik Investigasi Kekerasan Seksual dan Perundungan
Kolaborasi Sukses! FBD UB 29 bersama Masyarakat Tingkatkan Kualitas Wisata Umbulan
FBD UB 04 Asah Kepercayaan Diri Siswa dengan English Day
Kunjungi FISIP UB, Ganjar Pranowo Beri Tips Bangkit Dari Keterpurukan Kepada Para Mahasiswa
Pohon Harapan: Ketiba-tibaan yang Berbuah Manfaat dan Kenangan Tak Tergantikan

Indonesia Peringkat 2 Penghasil Sisa Sampah Makanan, FISIP UB Sasar Gen Z untuk Lebih Peduli

Isu lingkungan masih menjadi hal yang mengkhawatirkan di Indonesia, terutama terkait sampah. Komitmen fokus pada isu lingkungan tahun ini membuat dua dosen FISIP UB Wifka Rahma Syauki dan Fitria Avicenna mengangkat tema Pengabdian Kepada Masyarakat dengan tema Food Waste Management (FWM). 

Mereka bekerja sama dengan Garda Pangan, sebuah organisasi food bank. Wifka menyatakan tujuan utama kegiatan tahun ini adalah menyampaikan awareness pada gen Z akan darurat sampah makanan. 

“Tema sampah sisa makanan dipilih karena berdasarkan data tahun 2022 Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara penghasil sisa sampah makanan di antara negara-negara G20. Sebuah prestasi yang jelas tidak membanggakan. Fakta lain adalah setiap orang membuang 300kg makanan per tahunnya,” ucapnya.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini berbentuk web seminar (webinar) dengan menghadirkan praktisi dari Garda Pangan Eva Bachtiar sebagai pembicara. Eva Bachtiar merupakan co-founder Garda Pangan dan pernah mendapat penghargaan dari SWA Magazine sebagai Indonesia Young Business Leaders Award (IYBLA) tahun 2021. 

“Format webinar dipilih agar dapat menjangkau tidak hanya masyarakat di Kota Malang, namun berbagai pemuda dilokasi manapun,” imbuh Wifka.

Ia menambahkan peserta webinar merupakan kelompok usia Gen Z, karena dalam beberapa tahun ke depan merupakan populasi terbesar di Indonesia. Sehingga melalui kegiatan ini diharapkan Gen Z agar lebih peduli pada sampah, khususnya sisa makanan. 

Wifka menyatakan bahwa fokus pada sampah sisa makanan dilatarbelakangi karena fakta bahwa kategori sampah ini semakin meningkat. Hal ini karena dianggap sampah sisa makanan merupakan sampah organik dan akan terurai. 

“Namun yang tidak disadari adalah bahwa apabila jumlahnya terlalu banyak juga akan sangat membahayakan,” ucap alumni Magister Ilmu Komunikasi UI ini.

Pernyataan Wifka ini diperkuat oleh Eva Bachtiar. Ia menyampaikan tragedi tahun 2005 di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah yang tiba-tiba meledak disebabkan sampah sisa makanan menghasilkan gas metana dan menyebabkan efek rumah kaca.

Eva menuturkan salah satu dampak sisa makanan adalah dampak ekonomi. Dampak ekonomi diibaratkan membuang makanan seharga 10.000 tidak hanya dilihat dari nominal. Namun kata Eva, proses bagaimana makanan sampai siap makan merupakan perjalanan yang panjang, dari mulai proses menanam benih, proses setengah jadi, distribusi, sampai proses menjadi makanan juga merupakan rantai ekonomi yang dirugikan. 

“Kerugian sampah sisa makanan bisa sampai 5% PDB di Indonesia,” ucapnya.

Dampak kedua menurut Eva adalah sampah yang menumpuk ke TPA dan akhirnya akan semakin menggunung. Kondisi ini membuat gas metana yang dihasilkan 23 kali lebih berbahaya dari karbondioksina. 

“Dampak ketiga adalah dampak sosial. Masyarakat yang abai membuang makanan padahal masih banyak masyarakat lain yang kelaparan setiap harinya,” tegasnya.  

Karena itulah, tim FISIP UB dan Garda Pangan berharap Gen Z mulai sadar akan bahaya membiarkan sampah makanan. Salah satunya bisa dengan lebih bijak dalam konsumsi makanan. Kemudian lebih mengenali porsi makan, sehingga tidak berlebihan dalam membeli atau memasak. 

“Kemudahan pesan antar melalui ojek online kadang juga menjadi pemicu bertambahnya makanan sisa bonus sampah kemasannya. Sehingga fokus utama memang reduce atau mengurangi sumbernya,” tegasnya.

Di akhir kegiatan, peserta disampaikan post-tes untuk mengukur awareness peserta dan diperoleh adanya peningkatan kesadaran untuk mulai bijak dalam mengelola makanan agar tidak ada sisa yang akhirnya berakhir menjadi sampah. Mereka juga menunjukkan keinginan kuat untuk mulai merubah gaya hidup terutama terkait konsumtif atau BM (banyak mau) pada makanan.

Selanjutnya, Tim pengabdian berencana melakukan kegiatan untuk lebih menyasar pada interest audiens pada program-program FWM. Kerjasama dengan Garda Pangan sendiri diharapkan dapat terus berjalan, mengingat Garda Pangan sendiri merupakan salah satu food bank besar di Indonesia. (Humas FISIP)

Share:

Pengumuman Terbaru