CloseMenu
CloseMenu
Dekan FISIP UB Kunjungi Polandia, Lakukan Monev kepada Mahasiswa IISMA 2024
Siswa SMA Pramita Tangerang Tertarik Lanjutkan Pendidikan di FISIP UB
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Raih Gelar Mawapres Muda Utama FISIP
Mahasiswa HI UB Resmi Menjadi Mawapres Utama FISIP
Antusias Siswa Hingga Gelak Tawa saat SMAN 1 Wates Kediri Kunjungi FISIP UB
FISIP Berduka, Ketua Program Studi S3 Ilmu Sosiologi Meninggal Dunia

Wawancara dengan Ridwan Aji Ph.D, Dosen Pembimbing PIMNAS FISIP UB: Optimis Medali Emas

Gelaran Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS) akan dilakukan mulai 14 Oktober mendatang. FISIP Universitas Brawijaya meloloskan 1 kelompok ke ajang tersebut. Selain tim mahasiswa yang bekerja keras sepanjang proses pelaksanaan PKM, ada sosok dosen pembimbing yang juga membantu proses tersebut sehingga mampu lolos ke PIMNAS.

 

Selasa (8/10/2024), Tim Pusat Sistem Informasi dan Kehumasan (PSIK) FISIP melakukan wawancara dengan Dosen Psikologi UB, Ridwan Aji Budi Prasetyo, S.Psi., M.Sc., Ph.D. yang tengah mengemban amanah sebagai dosen pembimbing tim PKM Riset Sosial Humaniora (RSH) Tactile Paving.

 

Humas (H): Sebagai dosen pembimbing Tim PKM FISIP UB yang akan maju di ajang PIMNAS, apa latar belakang dari pemilihan program Tactile Paving?

 

Ridwan Aji Budi Prasetyo (RA): Ide proyek ini pertama adalah penggunaan alat sebetulnya. Kita kan baru dapat hibah Balai Kesehatan Kerja Masyarakat (BKKM) tahun lalu, salah satunya adalah pengadaan alat, alat ukur psikofisiologis. Jadi pengukuran aspek-aspek psikologis tapi secara lebih objektif dengan indikator psikologis kayak otak, jantung dan mata.

 

Kemudian ini bertemu dengan ide mahasiswa tentang disabilitas, yaitu penggunaan alat itu untuk mengukur beban kognitif dia ketika berjalan di tactile paving. Jadi keresahannya adalah sebenarnya tactile paving itu beneran efektif tidak untuk penggunaan disabilitas netra ketika kita tahu aja yang di trotoar itu dia beneran membantu gak atau cuma sekedar beautification dari suatu kota aja gitu. Selama ini belum ada evidence-nya yang mengarah ke aspek kerja otak.

 

H: Apakah gagasan sepenuhnya dari mahasiswa pak?

 

RA: Dari mahasiswa yang mengembangkan. Saya sebagai dosen sebetulnya bisa dibilang kontribusinya gak terlalu yang gimana. Saya lebih kepada desain penelitian atau eksperimen untuk menunjang tujuannya dia. Jadi mereka ini arahnya mau kemana? Mau ke sini pak. Oke, mau lihat apa? ini pak. Baru saya beri masukan desainnya seperti apa.

Dari kiri, Herdias Falahi, Destiana Dian, Ridwan Aji Ph.D, dan Adinda Azkia

Mas Herdias Falahi yang mencetuskan ide itu, lalu ya kita brainstorming bersama Adinda Azkia dan Destiana Dian. Setelah itu mereka mengajak teman-teman dari planologi, ini kan juga bahasan mereka gitu.

 

H: Bagaimana proses persiapan tim menuju PIMNAS?

 

RA: Kalau saya pelajari, PIMNAS itu lebih mengedepankan detail-detail administrasi sebetulnya karena tahun sebelumnya saya membimbing tim juga tetapi tidak lolos. Jadi bisa dibilang saya diberikan blessing berupa mahasiswa yang teliti. Jadi kadang itu udah oke cara penelitian dan desain. Tetapi font atau tabel salah satu saja misalnya di proposal, itu gak lolos terutama di seleksi-seleksi awal. Kalau kata reviewer nya, kita ketemu kesalahan satu aja itu udah langsung disalahin. Karena kita nge-review belasan ribu atau puluhan ribu proposal kan se-Indonesia.

 

Jadi betul-betul harus sempurna tuh, the evil is in detail katanya kan. Jadi detailnya itu mereka sangat memperhatikan. Kalau saya lebih kepada metodologi.

 

H: Biasanya melakukan bimbingan berapa kali?

 

RA: Biasanya per progres. Jadi misalkan udah lewat step ini berikutnya apa, jadi tidak ada jadwal spesifik. Nah oleh karena itu saya bilang, timnya ini kebetulan emang rajin gitu saya diam saja dia udah mengabarkan bagian-bagian yang telah dikerjakan. Mereka yang inisiatif.

 

H: Selama ini kendala tim ada di bagian apa pak?

 

RA: Waktu sebetulnya. Artinya untuk menghasilkan satu penelitian yang baik, itu kan perlu waktu ya. Sementara kalau konteksnya PKM yang didanai dikti, itu kan berbatas waktu. Dan berbatas waktunya juga sangat sedikit, kurang dari 6 bulan gitu untuk mengerjakan semuanya. Jadi kita juga punya kesibukan, mahasiswa juga kuliah dan organisasi lainnya, itu juggling time itu betul-betul kendala sebetulnya.

 

Kedua adalah karena subjek atau partisipan perlindungan kita kan tunanetra ya. Jadi secara populasi mereka terbatas, tidak mudah diakses. Kedua, vulnerable. Artinya rentan, artinya ya kita perlu memberikan treatment khusus. Artinya, tidak bisa kita sekedar mengundang mereka datang ke sini, kita harus jemput. Harus jemput dari tempatnya dia, setelah itu ketemu dimana, ada transport sendiri kita ke sini. Nanti pulangnya juga gitu, kan tidak bisa kita biarkan gitu. Sementara, kalau riset-riset itu kan ada minimum sample size-nya untuk mendapatkan statistical power yang pas, tapi karena waktu dan karakteristik subjek seperti itu, akhirnya kita dapatkan sekitar 17. Idealnya memang bisa lebih banyak lagi, tapi ya sudah, dapat segitu, waktunya terbatas segitu, yaudah apa adanya.

 

H: Tadi sempat dibahas bahwa kendala pertama adalah waktu ya pak, untuk awal perancangan program itu kapan pak?

 

RA: Itu kayaknya dari tahun lalu malah. Akhir tahun ya. Biasanya kan mulai pemanasan PKM, ya pendanaan detail segala macam kan di akhir tahun. Akhir tahun ini lah mulai quarter 4 itu mulai ide-ide bermunculan, dan kalau tahun lalu karena di PKKM-nya psikologi ada semacam coaching begitu, akhirnya ide-ide itu sudah ada. Tindak lanjutnya follow-up secara lebih serius gitu di awal tahun, sekitar Januari atau Juli.

 

H: Kemudian untuk kendala yang kedua adalah sampel pak, bagaimana cara Pak Ridwan dan tim PKM RSH untuk menggaet teman-teman tunanetra?

 

RA: Pertama mereka punya link atau jejaring dengan PLD atau Pusat Layanan Disabilitas kita. Lalu, dari situ kan mereka juga punya komunitas, komunitas netra, kayak begitu sejenisnya, itu dihubungi kemudian jadi sampelnya snowball aja, jadi setelah dapet satu, adakah teman yang lain, akhirnya kita sepakati waktu pengambilan data. Akhirnya selama hampir kurang lebih satu sampai dua bulan, data yang berhasil mereka ambil adalah 17. Dalam dua bulan hanya mencapai 17 sampel karena kompleksitasnya itu.

 

H: Apakah ada kriteria khusus bagi sampel yang dibutuhkan untuk riset pak?

 

RA: Kemarin kami menetapkan batas minimal jangka waktu semenjak ia kehilangan kemampuan untuk melihat. Karena ketika ada yang baru kehilangan ketika dewasa, dia sudah punya persepsi dan ingatan sebelumnya melihat artinya dia sudah rekognisi objek segala macem lalu dia tiba-tiba kehilangan penglihatan karena kecelakaan atau penyakit.

 

Jadi dua-duanya baik yang dari lahir ataupun ini karena kuncinya adalah apakah dia memanfaatkan tactile paving itu. Jadi tunanetra standarnya dia akan belajar yang namanya orientasi dan navigasi. Seperti huruf braille yang buat dia baca. Nah navigasi dia juga ternyata belajar, diajarin ada komunitasnya, terutama bagi tunanetra yang berani atau yang biasa beraktivitas sendiri atau nggak mesti sendiri. Artinya bisa didampingi tapi dia keluar rumah kan.  Ada juga kan yang tunanetra, tetapi sejak dia jadi tunanetra, dia tidak kemana-mana, nah kita tidak memasukkan kelompok tersebut sebagai sampel.

 

H: Apa target bapak sebagai dosen pembimbing tim yang akan mengikuti ajang PIMNAS?

RA: Medali emas. Saya optimis 80%.

 

Biodata lengkap Ridwan Aji Budi Prasetyo, S.Psi., M.Sc., Ph.D.

 

Riwayat Pendidikan

Sarjana S1 : Universitas Gadjah Mada

Magister S2 : University of Nottingham

Doktor S3 : University of Nottingham

 

Bidang Keahlian: Psikologi Industri dan Organisasi

 

Minat Riset

  • Human Factors
  • Ergonomics
  • Transport Psychology
  • Engineering Psychology

Share:

Latest Announcements