CloseMenu
CloseMenu
FISIP UB Buka 2 Program Studi Baru, Magister Ilmu Politik dan Magister Ilmu Pemerintahan
Konferensi Internasional “Digital Transaction in Asia VI” Sukses Pukau Peserta
Dihadiri 10 Negara, FISIP UB dan The University of Queensland Gelar Konferensi Internasional "Digital Transaction in Asia VI"
Inilah Wisudawan Terbaik FISIP UB Periode XIII dan XIV
Jadwal Kuliah S1 Semester Genap Tahun Ajaran 2024/2025
Ketua Departemen PPHI FISIP UB Jadi Narasumber di TV Rusia Bahas Indonesia dan BRICS

Artificial Intelligence untuk Pendidikan Inklusif Antar Mahasiswa FISIP UB Juara 1

Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UB, Dwi Jaya Saputra berhasil meraih juara 1 dalam lomba esai nasional yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa pada Desember 2023 lalu.

Tema yang diusung dalam perlombaan esai tersebut adalah “Tantangan Perkembangan Artificial Intelligence terhadap Dunia Pendidikan”. Dwi Jaya Saputra atau yang akrab disapa dengan panggilan Dije membawakan gagasan yang berjudul “AiCCESS: Pemanfaatan Artificial Intelligence sebagai Aplikasi Solusi Tantangan Pendidikan Inklusif Menuju Indonesia Emas 2045”.

Gagasan yang diajukan oleh Dije merupakan sebuah rancangan aplikasi yang memuat beberapa kemampuan Artificial Intelligence, yaitu natural language processing, real time processing, dan speech recognition. Ketiga kemampuan tersebut diintegrasikan sehingga menghasilkan dua fitur utama, yaitu AI-Speech dan AI-Write.

“Fitur-fitur itu diharapkan dapat membantu temen-temen disabilitas, terutama disabilitas tuli supaya tidak mengalami kebergantungan terhadap juru bahasa isyarat, jadi mereka bisa lebih mandiri tanpa bergantung pada juru bahasa isyarat dan juga dapat setara dengan teman-teman non disabilitas lainnya,” ujar Dije, Selasa (2/1/2024).

Saat wawancara, Dije juga menjelaskan bahwa gagasan tersebut diawali dengan tujuannya untuk menyelesaikan permasalahan disabilitas di dunia pendidikan. Kemudian ia berdiskusi dengan salah satu teman tuli nya hingga menemukan solusi berupa aplikasi.

“Sejauh ini (dalam perancangan AiCCESS, red) cuma bingung nentuin fitur sama kemampuan AI apa yang tepat, pas udah ketemu lancar aman jaya,” jelasnya.

Untuk mengalahkan 31 peserta lain dalam perlombaan ini, Dije memiliki kunci kemenangan yang juga biasa ia bagikan ke teman-temannya.

“Kalau mau menang yang paling penting masalah utama nya yang mau diselesain apa, urgent tidak masalah itu, ke depan kira-kira masalah itu masih relevan tidak dan seberapa penting masalah itu. Kuncinya bisa menemukan solusi dari masalah itu yang tepat guna, logis dan juga berdampak besar,” paparnya.

“Tips lain, udah pasaran banget, tapi ATM (Amati Tiru Modifikasi) merupakan hal yang bisa menjadi pembantu dalam mencari solusi. Terus harus banyak cari data baik data dari jurnal maupun wawancara karena kadang kita ga sadar bahwa data itu ada disekitar kita,” sambung Dije.

Dengan gagasan AiCCESS yang ia rancang, Dije berharap dapat ikut serta dalam ajang International Thailand Inventors’ Day yang akan diselenggarakan di Thailand pada bulan Februari mendatang. (Humas FISIP)

Share:

Latest Announcements