CloseMenu
CloseMenu
Dosen Ilmu Pemerintahan UB Paparkan Fenomena Sosial Keagamaan Indonesia di Universitas Sains Islam Malaysia
Kilas Balik FISIP 2024: Kukuhkan Dua Guru Besar
SMAN 1 Waru Sidoarjo's Visit to FISIP, Expanding Students' Insight into the Campus World
Kilas Balik FISIP 2024: Raih Akreditasi Unggul untuk Seluruh Program Studi
FISIP 2024 Flashback: The Story of the History Maker Who Won the First Gold Medal at PIMNAS
Hindari Kekerasan Gender Di Kampus, ULTKSP FISIP UB Selenggarakan Seminar “Toxic Relationship: Abuse Is Not Love”

Hindari Kekerasan Gender Di Kampus, ULTKSP FISIP UB Selenggarakan Seminar “Toxic Relationship: Abuse Is Not Love”

Unit Layanan Terpadu Kekerasan Seksual dan Perundungan (ULTKSP) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya sukses menggelar seminar bertajuk “Toxic Relationship: Abuse is Not Love” di Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya.

 

Acara ini merupakan bagian dari upaya ULTKSP FISIP UB untuk memberikan edukasi dan meningkatkan kesadaran civitas akademika dan masyarakat umum tentang pentingnya memahami hubungan yang sehat serta mengenali tanda-tanda toxic relationship.

 

Seminar ini diselenggarakan atas kerja sama dengan Institut Français d’Indonésie (IFI) – Embassy of France Jakarta, Yayasan Pulih, dan Jakarta Feminist. Menurut ketua panitia sekaligus ketua divisi edukasi dan pencegahan Kekerasan Seksual dan Perundungan (KSP) ULTKSP FISIP, Fitri Hariana Oktaviani, PhD, sebanyak 160 peserta yang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan masyarakat umum hadir dalam kegiatan ini.

 

Seminar menghadirkan dua narasumber ahli, yakni Naila Rizqi Zakiah dari Jakarta Feminist dan Husna Faizah, M.Psi., Psikolog, yang memberikan perspektif mendalam terkait tema yang diangkat.

 

Sesi pertama dibuka oleh Naila Rizqi Zakiah, yang memaparkan konsep dasar kekerasan, jenis-jenis kekerasan, serta dampaknya, khususnya yang berbasis gender dan seksualitas. Naila juga memperkenalkan konsep consent melalui akronim C.R.I.S.P., yang mencakup Considered (Dengan Pertimbangan), Reversible (Dapat Ditarik Kembali), Informed (Terinformasi), Specific (Spesifik), dan Participatory (Aktif Berpartisipasi).

 

Dalam pemaparannya, Naila menekankan bahwa kekerasan tidak hanya terjadi di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya, seperti peretasan atau penyebaran konten intim non-konsensual. Ia mengajak peserta untuk lebih waspada dan melindungi “tubuh digital” mereka.

 

Sesi kedua dilanjutkan oleh Husna Faizah, M.Psi., Psikolog, dengan materi “Abuse is Not Love”. Husna mengajak peserta untuk mengenali ciri-ciri relasi sehat, yakni hubungan yang menciptakan rasa aman, kesetaraan, dan ketersalingan tanpa dominasi dari salah satu pihak. Ia juga membahas sembilan tanda kekerasan dalam hubungan, seperti mengabaikan, mengancam, meremehkan, memanipulasi, mencemburui, mengatur, mengintervensi, mengisolasi, dan mengintimidasi. Selain itu, Husna menekankan pentingnya mendampingi korban kekerasan dengan penuh empati dan dukungan.

 

Dalam sambutannya, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Dr. Bambang Dwi Prasetyo, menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya seminar ini.

 

“Saya berharap kegiatan ini dapat memberikan wawasan baru kepada mahasiswa FISIP UB dan civitas akademika Universitas Brawijaya mengenai topik toxic relationship dan kekerasan berbasis gender yang masih sering terjadi di lingkungan kampus. Saya juga berharap kegiatan semacam ini dapat terus dilanjutkan untuk memberikan dampak positif yang lebih luas,” ujar Dr. Bambang.

 

Seminar ini diharapkan menjadi langkah awal untuk meningkatkan kesadaran masyarakat kampus akan pentingnya membangun hubungan yang sehat dan menghentikan segala bentuk kekerasan berbasis gender. Dengan adanya seminar ini, ULTKSP FISIP UB menunjukkan komitmennya dalam mendukung terciptanya lingkungan kampus yang aman dan inklusif.

Share:

Latest Announcements