CloseMenu
CloseMenu
FISIP UB Buka 2 Program Studi Baru, Magister Ilmu Politik dan Magister Ilmu Pemerintahan
Konferensi Internasional “Digital Transaction in Asia VI” Sukses Pukau Peserta
Dihadiri 10 Negara, FISIP UB dan The University of Queensland Gelar Konferensi Internasional "Digital Transaction in Asia VI"
Inilah Wisudawan Terbaik FISIP UB Periode XIII dan XIV
Jadwal Kuliah S1 Semester Genap Tahun Ajaran 2024/2025
Ketua Departemen PPHI FISIP UB Jadi Narasumber di TV Rusia Bahas Indonesia dan BRICS

Pentingnya Manajemen Stres dan Regulasi Waktu untuk Tenaga Kesehatan

Pandemi Covid-19 sudah dinyatakan berakhir. Namun hal ini tidak membuat level stres tenaga kesehatan di Indonesia berkurang. Hal ini terungkap dari kegiatan Pengabdian Masyarakat Departemen Psikologi UB di Klinik UB, Jumat (7/7/2023).

Kegiatan Pengmas ini diinisiasi oleh Dita Rachmayani S.Psi., MA dan Cleoputri Al Yusainy S.Psi., M.Psi., Ph.D. Stres menurut Dita Rachmayani akan selalu terjadi pada tiap kehidupan yang dijalani.

“Kalau kemarin pandemi itu stresnya tinggi, ternyata secara pasca pandemi sendiri juga tetap banyak. Permasalahannya baru lagi, adaptasinya baru lagi seperti itu yang terjadi,” ucapnya.

Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan relaksasi hingga manajemen waktu atau dengan gaya hidup yang lebih sehat.

“Cara pandang individunya sendiri terhadap satu peristiwa itu, apabila memang cenderung negatif atau itu sebagai satu ancaman, biasanya akan muncul tadi stres tidak nyaman gitu ya. Tetapi apabila ternyata peristiwa itu dinilai sebagai salah satu hal yang menyenangkan, penuh tantangan gitu, itu akan mengubah menjadi seseorang yang semangat untuk menjalani,” tuturnya.

Dita menganggap stres juga jangan selalu dianggap negatif namun juga bisa menjadi hal positif salah satunya dengan menganggap tantangan yang dihadapi dapat meningkatkan kompetensi diri individu itu sendiri.

Terkhusus untuk tenaga kesehatan, Dita Rachmayani memberikan tips agar nakes tidak mudah stres apalagi tiap harinya bertemu dengan tipe pasien yang berbeda beda.

“Kuncinya di cara pandang individu itu sendiri ya, karena kita menghadapi karakteristik banyak orang setiap harinya. Berpikir lebih luas lagi pasien datang ke tempat kita karena percaya, ingin sembuh,” tuturnya.

Dita berharap para nakes meski pada kondisi stres tetap memberikan pelayanan yang terbaik. “Dan kalaupun stres dengan cara pengelolaan yang lebih baik, dengan cara mengubah penilaian kognitif menjadi lebih positif,” pungkasnya.

Pada kegiatan pengmas ini diikuti sekitar 30 tenaga kesehatan yang bertugas di Klinik Universitas Brawijaya. (Humas FISIP)

Share:

Latest Announcements