Festival Film Pendek Australia-Indonesia menyapa mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya dalam pop-up screening dan workshop yang diadakan di Auditorium Nuswantara, Jumat (22/11/2024).
Pada edisi ke-7 ini, ReelOzInd menampilkan sembilan film pendek yang mendapatkan penghargaan khusus dan dinilai sebagai yang terbaik dalam tiap kategori. Film-film tersebut diproduksi oleh berbagai kalangan asal Indonesia dan Australia.
Sederet film pendek yang disaksikan oleh audiens antara lain Screen Time, Interlude, Survivors of Wadjemup, Saru Latar Biru (Azure Vacillation), Bubur Fight, Bubblegum and Bunyips, Tamu (I’m Happy But Not Today), Superia, dan Our Wellbeing, Our Way.
“Festival ini diselenggarakan sejak 2016 dan kami di Universitas Brawijaya selalu menyelenggarakan festival ini setiap tahun sebagai bentuk manifestasi kerja sama antara Indonesia dan Australia,” tutur Fitri Hariana Oktaviani, S.S., M.Commun., Ph.D. sebagai Ketua Pelaksana ReelOzInd 2024.
Direktur ReelOzInd, Dr. Jemma Purdey dan Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Prof. Rachmat Kriyantono, S.Sos., M.Si., Ph.D. pun menyambut baik atas pelaksanaan pemutaran film pendek yang turut mengundang Pemenang Festival Film Dokumenter (FFD) 2024, Wulan Putri serta Sutradara Film, Fajaria Menur.
Pada sela-sela penayangan film pendek, Wulan Putri dan Fajaria Menur pun membagikan pengalaman mereka dalam bidang perfilman, mulai dari proses produksi hingga saran bagi mahasiswa yang berminat untuk berkecimpung dalam dunia perfilman.
“Proses produksi dokumenter membawa aku pada pengalaman-pengalaman orang lain yang aku tidak akan berpikir sampai ke situ. Membuat film juga memberi sudut pandang baru yang memengaruhi caraku dalam menerima kehidupan ku,” ujar Wulan.
Sutradara A Tale For My Daughter (Tutaha Subang) ini pun menambahkan bahwa kesempatan melihat dan merasakan kehidupan orang lain yang berbeda dari pengalaman sendiri itu menjadi hal yang berharga baginya.
Wulan juga menjelaskan bahwa kini terdapat banyak dana-dana hibah yang dapat diakses oleh para pembuat film dokumenter untuk untuk mendukung proses pembuatan film.
Pada sesi diskusi para mahasiswa pun antusias bertanya mengenai seluk beluk proses yang dijalani Wulan Putri dan Fajaria Menur dalam memproduksi sebuah film.
“Untuk menumbuhkan ide kita harus banyak observasi, membaca, banyak diskusi, dan jalan-jalan. Kita harus bisa menumbuhkan kepekaan ketika memperhatikan hal-hal disekitar kita yang kita take for granted karena sebenarnya ada peristiwa-peristiwa sederhana yang memiliki dampak sosial besar terhadap kehidupan kita,” ucapnya.
Fajaria pun menutup diskusi dengan menyampaikan simpulan mengenai beberapa cara yang dapat dilakukan teman-teman mahasiswa yang ingin mulai berkarya, yakni meningkatkan frekuensi dalam menonton film untuk memperkaya referensi, membangun jaringan untuk mendapatkan informasi-informasi seperti pendanaan, serta memperhatikan fenomena di sekitar agar bisa disuarakan melalui film. (Fazlar Razin/Humas FISIP)