Sebuah diskusi terbuka bertajuk Challenges to Democracy: Democratic Crisis Around the Globe digelar pada Rabu (6/11/2024), di Wyoming Union West Ballroom, University of Wyoming, Amerika Serikat.
Acara ini diselenggarakan satu hari setelah pemilihan presiden Amerika Serikat bertujuan untuk membahas berbagai tantangan demokrasi yang sedang dihadapi negara-negara di seluruh dunia, seperti pelemahan demokrasi, polarisasi politik, dan dinamika pemilu yang semakin kompleks.
Diskusi ini melibatkan sejumlah pembicara yang memiliki latar belakang dan pengalaman internasional dalam studi politik. Salah satu pembicara utama adalah George Towar Ikbal Tawakkal, dosen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya, yang turut berperan dalam diskursus internasional mengenai demokrasi.
George membahas polarisasi politik yang terjadi di Indonesia, serta melakukan perbandingan antara praktik pemilu di Indonesia dan Amerika Serikat.
Diskusi ini memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana polarisasi politik di Indonesia berperan dalam dinamika demokrasi dan pemilu, serta tantangan yang dihadapi dalam mempertahankan integritas demokrasi di tengah ketegangan politik.
Selain George, beberapa pembicara lain juga turut berbagi pandangan mengenai praktik demokrasi di berbagai belahan dunia.
Tom Dougherty, mantan Duta Besar Amerika Serikat untuk negara-negara di Afrika, mengungkapkan pandangannya mengenai tantangan demokrasi dan birokrasi di negara-negara Afrika serta perbandingan dengan sistem demokrasi di Amerika Serikat.
Thomas Seitz, pakar demokrasi di Asia, membahas tantangan dan dinamika pemilu di negara-negara Asia, seperti India, Taiwan, Singapura, dan China.
Sebagai moderator, Andrew Garner memandu jalannya diskusi yang menghadirkan berbagai perspektif dari negara-negara dengan sistem demokrasi yang sangat berbeda.
Diskusi ini juga menyoroti bahwa demokrasi di banyak negara telah membudaya dengan cara yang unik dan beragam, meskipun seringkali dipandang oleh para ilmuwan sebagai tantangan.
Hal ini menjadi sorotan penting dalam diskusi, di mana para ilmuwan diminta untuk berpikir ulang tentang bagaimana mereka mendefinisikan dan memandang demokrasi di setiap negara.
Diskusi ini membuka ruang untuk merenungkan bagaimana demokrasi, meskipun seringkali dilihat menghadapi berbagai tantangan global, telah berkembang dengan cara yang unik di setiap negara. Berbeda-beda menurut konteks sosial, budaya, dan sejarah masing-masing, praktik demokrasi yang ada tidak selalu mengikuti standar yang dipahami oleh banyak kalangan.
Dalam hal ini, diskursus tersebut mendorong para peserta untuk tidak hanya mempertanyakan, tetapi juga mengevaluasi kembali pandangan tradisional tentang demokrasi.
Apakah definisi dan pendekatan yang telah diterima selama ini masih relevan dalam menghadapi dinamika politik yang terus berubah di berbagai negara?
Pertanyaan ini memunculkan kesadaran bahwa demokrasi, dengan segala kompleksitasnya, membutuhkan pemahaman yang lebih kontekstual dan terbuka terhadap keberagaman yang ada di dunia.