CloseMenu
CloseMenu
Kilas Balik FISIP 2024: Kukuhkan Dua Guru Besar
Kunjungan SMAN 1 Waru Sidoarjo ke FISIP, Perluas Wawasan Siswa Tentang Dunia Kampus
Kilas Balik FISIP 2024: Raih Akreditasi Unggul untuk Seluruh Program Studi
Kilas Balik FISIP 2024: Kisah Sang History Maker Peraih Medali Emas Pertama di Ajang PIMNAS
Dosen Sosiologi UB Jadi Pembicara di Forum Internasional Advokasi Kelompok Penyandang Disabilitas
Mahasiswa Ilmu Politik UB Pamerkan Inovasi Kewirausahaan Politik berbasis Digital

LPM Perspektif Sukses Sediakan Ruang Diskusi Inklusif Pada Malam Sastra 2024

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Perspektif mengadakan kegiatan diskusi bertajuk “Malam Sastra 2024: Kritik Sosial sebagai Sebuah Seni dalam Berbahasa” di Auditorium Nuswantara, Sabtu (26/10/2024). 

 

“Harapannya untuk malam sastra bisa menambah wawasan kepada teman teman yang hadir untuk berkontribusi dalam membuat karya yang tidak hanya untuk estetika tapi juga berperan pada perubahan untuk masyarakat juga untuk salah satu senjata untuk perubahan dan menuntut keadilan,” ujar Suci Dwi Febriyanti, Ketua Pelaksana Malam Sastra 2024.

 

Penulis dan Pendiri Malang Women Writers’ Society Aquarina Kharisma dan Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya Yusri Fajar, S.S. M.A menyampaikan pandangan mereka mengenai sastra sebagai media kritik pada masa kini.

 

Aquarina Kharisma memaparkan tentang kritik sosial yang dapat menjadi pisau bermata dua akibat ideologi yang dimiliki para pengarang. Ia menyampaikan bahwa tidak jarang kritik sosial masih mengandung superioritas yang disebabkan oleh savior complex syndrome.

 

Kemudian, Yusri Fajar, S.S. M.A. menyampaikan materinya mengenai hubungan sastra dan kekuasaan. 

 

“Kekuasaan dan para penguasa punya kepentingan untuk mempertahankan kekuasaan sehingga berbagai ekspresi masyarakat, termasuk yang tertuang dalam karya sastra diawasi, dicekal, atau dilarang,” ujarnya. 

 

Mahasiswa dari berbagai fakultas pun antusias dalam menyampaikan tanggapan dan pertanyaan bagi para pemateri. 

 

Salah satunya adalah Laili yang memantik diskusi mengenai posisi wanita dalam masyarakat dan sastra. Aquarina Kharisma pun menanggapi bahwa kedudukan seseorang ditentukan oleh kelas sosial sehingga para penulis perlu memiliki kepekaan ketika menorehkan kisah mengenai isu tersebut.

 

Selain sesi diskusi, LPM Perspektif juga merilis Antologi Puisi berjudul “Para Penjilat Pant*t” dengan tema kritik sosial.

 

“Agar orang tidak hanya menulis tentang cinta, tetapi mereka juga bisa mengeksplorasi isu-isu sosial dalam bentuk tulisan yang indah,” ujar Pimpinan Divisi Sastra LPM Perspektif Fizza Aqilla.

 

Tidak hanya kegiatan diskusi yang menarik, LPM Perspektif juga menghadirkan juru isyarat yang membuat acara ini aksesibel bagi teman-teman difabel. Kehadiran juru isyarat tersebut menjadi poin plus bagi lembaga pers ini karena memberikan kebermanfaatan yang nyata (Fazlar Razin/Humas FISIP)

Share:

Pengumuman Terbaru