CloseMenu
CloseMenu
Manajemen Limbah Makanan Berbasis Aplikasi Bawa Mahasiswa Psikologi dan Tim Raih Juara 1 di Italia
FISIP UB dan Universiti Sains Malaysia Jajaki Kerjasama
Raih Juara 3 Pilmapres UB, Nisriinaa Alyaa Bawa Nama FISIP ke Panggung Prestasi
Pengumuman Jadwal Kuliah Selama Bulan Ramadhan 1446 H FISIP UB
Humas FISIP UB Jadi Pemateri di ICM Education Fair
Bahas Kesehatan Mental di Era Ekonomi Digital, Magister Sains Psikologi UB Kampanyekan YONO

Mahasiswa Sosiologi UB Bahas Permasalahan Songgoriti Bersama Associate Professor dari Singapura

Departemen Sosiologi FISIP UB mengundang Associate Professor dari Singapore University of Social Sciences Rita Padawangi dalam kuliah tamu yang bertajuk Paradoks Urbanisasi di Asia Tenggara untuk mata kuliah Perkembangan Kawasan Perkotaan di Auditorium Nuswantara, Kamis (17/10/2024).

 

Dr. Phil. Anton Novenanto, S.Sos., M.A. bersama Rita Padawangi S.T., M.A., M.Arts., Ph.D dan Didid Haryadi, S.Sos., MA mengupas tuntas paradoks urbanisasi yang terjadi di Songgoriti, Kota Batu, Jawa Timur. Anton juga turut mengundang anak muda dari Songgoriti yang dapat mengemukakan pengalamannya kepada para mahasiswa.

 

Pada kuliah tamu tersebut, terdapat pemaparan video berjudul Inside Songgoriti yang menggambarkan permasalahan di sana akibat ketergantungan penghasilan terhadap usaha villa seperti perubahan sosial, gentrifikasi, alienasi serta timbulnya masalah perhutangan di kalangan masyarakat.

 

“Temuan yang menarik dari riset yang saya jalankan adalah fakta bahwa banyak anak muda Songgoriti yang sudah tidak betah untuk tinggal di sana karena mereka terjebak oleh stigma,” ujar Anton. 

 

Rita pun mengajukan solusi atas permasalahan tersebut dengan mengusulkan pemberdayaan secara kolektif oleh anak muda setempat.

 

“Pemberdayaan tersebut harus berjalan agar anak muda memiliki kepercayaan diri dalam menghadapi stigma. Karena stigmatisasi itu lebih menghukum korban daripada menyelesaikan masalah,” ungkap Rita.

 

Anton pun menutup sesi kuliah tamu tersebut dengan pernyataan bahwa fenomena yang terjadi di Songgoriti tidak terlepas dari struktur sosial berupa pendidikan dan ekonomi yang melanggengkan keberadaan villa “esek-esek” yang mengundang stigma buruk dari masyarakat. (Fazlar Razin/Humas FISIP)

Share:

Pengumuman Terbaru