CloseMenu
CloseMenu
Dosen HI UB Nilai Kemenangan Donald Trump Menguntungkan Pemerintah Indonesia
Kolaborasi HI UB-Kemenkomdigi Bahas Keamanan Digital untuk Wujudkan Solidaritas Global
FISIP UB Sambut Kunjungan Dua Sekolah dari Jawa Barat
“Health For Everyone”: Kolaborasi BEM FISIP UB dan PMI Malang Himpun 105 Pendaftar Donor Darah
Departemen Psikologi Adakan Workshop Pembibitan PKM: Pertahankan Tradisi Emas di PIMNAS
Aktor Politik Perempuan Minim, Prodi Ilmu Pemerintahan UB Lakukan Hal Ini

Menjawab Tantangan Global, Seminar Internasional FISIP UB Soroti Pendekatan Dekolonisasi untuk Masa Depan Berkelanjutan

Selasa (1/10/2024), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) menggelar seminar internasional bertajuk “Intersection of Environment, Society, and Technology: Decolonizing Approach to Global Challenges” di Gedung Widyaloka, Universitas Brawijaya. 

 

Seminar ini menghadirkan lima pemateri ahli dari berbagai universitas terkemuka dunia, yakni Dr. Yatun Sastramidjaja (University of Amsterdam), Dr. Fathun Karim (National University of Singapore), Dr. Azlan Abbas (National University of Malaysia), Dr. Leon Musafiy (University of Liverpool), serta Dr. Iwan Nurhadi dari FISIP UB selaku tuan rumah.

 

Dalam sambutannya, Dekan FISIP UB, Prof. Anang Sujoko, S.Sos., M.Si., D.COMM., menekankan pentingnya seminar ini dalam membahas tantangan kompleks di era modern. 

 

“Tema seminar ini sangat relevan mengingat interaksi antara lingkungan, masyarakat, dan teknologi yang saling terkait. Sebagai akademisi dan praktisi, kita bertanggung jawab mengembangkan pendekatan inklusif dan berkelanjutan. Pendekatan dekolonisasi yang dibahas hari ini membantu kita merumuskan solusi yang tidak hanya mempertimbangkan perspektif global, tapi juga menghargai pengetahuan lokal dan tradisi yang ada,” ujar Prof. Anang.

 

Seminar ini mengupas berbagai isu global, mulai dari transformasi sosial dan teknologi, hingga tantangan lingkungan dan sosial yang dihadapi masyarakat saat ini. 

 

Para pemateri juga mengeksplorasi dampak dari kemajuan teknologi yang pesat serta warisan kolonial yang masih berkontribusi pada degradasi lingkungan. Salah satu topik yang disorot adalah hubungan antara kolonialisme dan krisis lingkungan modern, serta bagaimana masyarakat sipil dan gerakan digital dapat memainkan peran penting dalam mewujudkan keadilan sosial dan lingkungan.

 

“Alat digital telah memperkuat suara komunitas marginal dan memberi mereka platform untuk memperjuangkan keadilan sosial dan lingkungan secara global,” ungkap Dr. Iwan saat sesi penyampaian materi. 

 

Contoh-contoh studi kasus tentang aktivisme digital juga dibahas, menunjukkan bagaimana alat digital dapat mengamplifikasi gerakan yang berfokus pada keadilan sosial dan lingkungan.

 

Seminar ini juga menggarisbawahi perlunya kolaborasi lintas disiplin dan lintas negara dalam mencari solusi berkelanjutan. 

 

Melalui pendekatan dekolonisasi, diharapkan bahwa pemikiran-pemikiran baru yang lebih inklusif dapat tercipta untuk mengatasi tantangan-tantangan global yang semakin mendesak.

Share:

Pengumuman Terbaru